Alumni 8A SMP IT Al-Luthfah 2015/2016 |
Ngk pernah negabayangin untuk jadi wali kelas, apalagi bisa jadi wali kelas idaman. Padahal banyak temen-temen yang notaben-nya adalah pendidik, ya mereka lulusan jurusan pendidikan dengan masing-masing konsentrasinya. Sedangkan saya hanya lulusan D3 Manajemen Informatika di salah satu perguruan tinggi yang cukup terkenal dengan jargon "Kuliah??" BSI Aja!. Dengan aktor mirip presiden US "Barack Obama" yang sering nongol di TV Nasional.
Nah, singkat cerita saya di utus untuk jadi Wali Kelas. Seketika itu saya langsung terfikir gaya seperti apa yang harus saya anut untuk jadi wali kelas. Terus coba mengingat gaya wali kelas siapa yang bisa saya tiru saat saya masih duduk di bangku sekolah (SMP-SMK).
Yaps, ngk perlu nunggu sampai berhari-hari saya menemukan gaya ideal sorang guru Bahasa Indonesia yang juga wali kelas saya jaman SMP. Wali kelas yang mengedepankan kedisiplinan, kejujuran, dan daya kreatifitas yang tinggi.
Jaman kelas 8 dulu, ada 6 kelas lain. Saya berada di kelas 8B yang tetiba di ubah menjadi kelas 8 ESL oleh Pak Nano, ya namanya Pak Nano Kushartadi. Ide cemerlang Pak Nano untuk membuat anak-anaknya di kelas yang pertama membuat julukan ESL yaitu Easy Smart Lovely (semoga ngk salah, karena sudah 13 tahunan yang lalu - #ups). Selain mengganti ide nama kelas, beliau juga membuat peraturan untuk membuat kelasnya jadi nyaman.
Tugas pertama kita adalah membawa pot beserta bunganya dan kemudian tugas piket setiap pagi dan sore selain nyapu kelas, juga wajib untuk menyiram tanaman yang ada di kelas. Tapi hal ini tidak cocok untuk Cikarang dan sekitarnya. Hanya gayanya saja yang saya tiru. Yaitu membuat siswa-siswinya pandai berbicara di depan umum (berani tampil) dan nilai-nilai etika dan moral.
Jaman kelas 8 dulu, ada 6 kelas lain. Saya berada di kelas 8B yang tetiba di ubah menjadi kelas 8 ESL oleh Pak Nano, ya namanya Pak Nano Kushartadi. Ide cemerlang Pak Nano untuk membuat anak-anaknya di kelas yang pertama membuat julukan ESL yaitu Easy Smart Lovely (semoga ngk salah, karena sudah 13 tahunan yang lalu - #ups). Selain mengganti ide nama kelas, beliau juga membuat peraturan untuk membuat kelasnya jadi nyaman.
Tugas pertama kita adalah membawa pot beserta bunganya dan kemudian tugas piket setiap pagi dan sore selain nyapu kelas, juga wajib untuk menyiram tanaman yang ada di kelas. Tapi hal ini tidak cocok untuk Cikarang dan sekitarnya. Hanya gayanya saja yang saya tiru. Yaitu membuat siswa-siswinya pandai berbicara di depan umum (berani tampil) dan nilai-nilai etika dan moral.
Kedisiplinan, kejujuran, dan kreatifitas sudah saya coba terapkan dalam kelas pertama saya, dengan cara datang lebih awal, memastikan kelas bersih dan rapih setiap hari, memberikan tantangan bahkan jam tambahan, membuat kelas lebih nyaman dan anak-anak betah. Bahkan sampai mereka lulus masih ada beberapa yang sering berkomunikasi.
Ada beberapa anak yang menonjol dibidangnya masing-masing di kelas pertama saya, mulai dari sisi akademik, organisasi, kepemimpinan, menggambar, menyanyi, berdagang, bahkan ada pula yang menojol sikap negatifnya. Ngk gampang buat jadi wali kelas dengan siswa yang berbagai macam latar belakangnya, mulai dari masalah di rumah, masalah lingkungan pertemanannya, dan bahkan masalah pribadinnya.
Kadang saya akan berubah emosinya menyesuaikan dengan sikap mereka, kadang jadi temen curhat mereka, kadang jadi temen main mereka. Ya, saya udah kayak bunglon yang bisa menyesuaikan diri agar mereka bisa betah dan nyaman di kelas.
Kalau mau di ceritain semua ya ngk akan kelar sih ini cerita. Intinya saya senang dan sangat terharu waktu mereka lulus (sampe nangis coy pas wisudaan). Gitu dulu deh ya, nanti ceritanya disambung lagi. Saya mau ceritain setiap squad (kalau masih inget).
Comments
Post a Comment